MAKALAH
MANUSIA DAN HARAPAN
DI SUSUN OLEH :
Dede Rusmana
Program
Studi Sistem Informasi
Sekolah
Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK)Sumedang
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan
masing-masing.
Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri,
maupun kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka manusia
harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada Allah
SWT. Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan.
Harapan dan kepercayaan merupakan bagian dari hidup manusia selama di dunia
karena setiap manusia mempunyai harapan dan kepercayaan kepada Allah SWT.
B. RUMUSAN PEMBAHASAN
- Apakah pengertian dari Manusia itu ?
- Apakah pengertian dari Harapan itu ?
- Apa hubungan antara manusia dan harapan ?
- Apa sebab manusia memiliki harapan ?
- Apa hubungan antara harapan dan kepercayaan ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk menjelaskan pengertian
dari manusia, menjelaskan pengertian harapan, menjelaskan hubungan antara
manusia dan harapan, menjelaskan penyebab memiliki harapan, dan menjelaskan
hubungan antara harapan dan kepercayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANUSIA
Manusia adalah makhluk
yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang
menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang
rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu,
dan sebagainya.
Pengertian manusia dapat
dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu”
(Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia
diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi.
B. PENGERTIAN HARAPAN
Harapan berasal dari kata harap.
Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan
harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap
orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri
dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus
harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan
kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan
kepada Allah SWT.
Harapan atau asa adalah
bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau
suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya
harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin
dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada
seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan
harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
Setiap orang mempunyai
berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik dengan cara
yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan
hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran
dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor lingkungan
sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa
percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat buruk
pada diri sendiri.
Beberapa pendapat
menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif yang merupakan
salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal pikiran
negatif atau berpikir pesimis.
C. MANUSIA DAN HARAPAN
Harapan dalam kehidupan
manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu
terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia
harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu
terjadi atau terwujud.
Menurut macamnya ada
harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan yang
optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang
dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan muncul
pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan
terjadi.
Harapan itu ada karena
manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau maunya. Setiap
manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir luas,
harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir sempit maka
harapannya juga akan sempit.
Harapan itu bersifat
manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral,
untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai berikut :
- Harapan apa yang baik
- Bagaimana cara mencapai harapan itu
- Bagaiman bila harapan tidak tercapai
Jika manusia mengingat
bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah
selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan
begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat, dan
selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita
sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan
terwujud.
D. SEBAB MANUSIA MEMILIKI HARAPAN
Menurut kodratnya manusia
itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia ini langsung disambut
dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota
masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup
dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong
manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu : dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup.
- Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat,
keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak
manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis, bergembira,
berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri
manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat menyebabkan
manusia mempunyai keinginan dan harapan.
Dalam diri manusia masing-masing
sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup
bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia
dapat mempunyai harapan.
- Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah menjadi kodrat bahwa
manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada
garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan rumah. Sedangkan
kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan, hiburan dan
ketenangan.
Untuk memenuhi semua
kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini
disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik
maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya
harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan
manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia,
yaitu :
- Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
- Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
- Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love)
- Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
- Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
E. HARAPAN DAN KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari
kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah
hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Dalam
agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap sebagai wahyu dari Allah SWT.
Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Dalam hal
beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang
beragama itu, dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Harapan dan kepercayaan
saling melengkapi. Karena dalam memenuhi atau mewujudkan harapan, manusia harus
berusaha dan berdo’a. Dengan berusaha dan berdo’a sungguh-sungguh kepada
Allah SWT serta mempercayai adanya Allah SWT, harapan akan terwujud dan
terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya manusia dan
harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Setiap manusia pasti
mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup.
Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa
pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan atau asa adalah bentuk
dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu
kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan
berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan
dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang
atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya
menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
Harapan seseorang juga
ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya seseorang. Orang yang
bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Dan untuk memperoleh harapan
yang besar tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsur dalam,
yaitu berdo’a.
B. SARAN
Dalam setiap
kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh menyerah untuk
mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat
hidup kita menjadi berarti di dunia ini, yang terus memberikan dorongan agar
kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan.
Selain itu kita juga
harus berpedoman terhadap kepercayaan kepada Allah SWT, yaitu dengan berusaha
dan berdo’a yang seimbang. Dan diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita
inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan
tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk mempersiapkan mental kita
jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga tidak membuat kita putus
asa untuk selalu terus mencoba.
DAFTAR PUSTAKA :
Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta
: Universitas Gunadarma
Suyadi M.P. Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud
U.T. 1984-1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar